Metropolitan adalah
istilah untuk menggambarkan suatu kawasan perkotaan yang relatif besar, baik
dari ukuran luas wilayah, jumlah penduduk, maupun skala aktivitas ekonomi dan
sosial. Secara etimogi (asal kata) kata metropolitan (kata benda) atau
metropolis (kata sifat) berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu kata meter yang
berarti ibu dan kata polis yang berari kota. (Wackerman, 2000). Pada masa itu,
metropolitan memiliki makna sebagai “kota ibu” yang memiliki kota-kota satelit
sebagai anak, namun dapat juga berarti pusat dari sebuah kota, sebuah kota
negara (city-state), atau sebuah propinsi di kawasan Mediterania (Winarso,
2006).
Definisi kawasan metorpolitan yang relevan
dalam konteks negara Indonesia, yaitu berdasarkan Undang-Undang Tahun 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang tersebut mendefinisikan kawasan
metropolitan sebagai kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan
perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan
perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan
dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk
secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.
Secara umum, metropolitan dapat juga
didefinisikan sebagai suatu pusat permukiman besar yang terdiri dari satu kota
besar dan beberapa kawasan yang berada di sekitarnya dengan satu atau lebih
kota besar melayani sebagai titik hubung (hub) dengan kota-kota di sekitarnya
tersebut. Suatu kawasan metropolitan merupakan aglomerasi dari beberapa kawasan
permukiman, tidak harus kawasan permukiman yang bersifat kota, namun secara keseluruhan
membentuk suatu kesatuan dalam aktivitas bersifat kota dan bermuara pada pusat
(kota besar yang merupakan inti) yang dapat dilihat dari aliran tenaga kerja
dan aktivitas komersial.
Menurut Goheen (dalam Bourne, ed. 1971),
Kota/ Distrik Metropolitan adalah kawasan perkotaan dengan karakteristik
penduduk yang menonjol dibandingkan dengan penduduk pedesaan di sekitarnya.
Istilah ini digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih tepat mengenai
besaran dan konsentrasi penduduk dalam wilayah yang luas, yang selanjutnya
dapat menunjukkan besaran pusat-pusat permukiman yang utama di satu negara.
Secara umum, kawasan metropolitan dapat didefinisikan sebagai yang besar,
dengan kesatuan ekonomi dan sosial yang terpadu dan mencirikan aktivitas kota.
Menurut Wackerman (2000), kota metropolitan
dapat dibedakan antara kota metropolitan internasional, nasional dan regional,
dengan definisi sebagai berikut :
1.
Kota Metropolitan
Internasional :
- Memiliki populasi yang secara kualitataif aktivitasnya berada di tingkatinternasionaldan berada di jaringan perdagangan raksasa
- Memiliki pelayanan tingkat internasional di bidang teknologi, konsultasi dan riset
- Memiliki infrastruktur untuk penyelenggaraan aktivitas internasional seperti kongres, festival, dll
- Memiliki komunitas tenaga kerja asing yang merepresentasikan perusahaan dan institusi multinasional yang jumlahnya cukup untuk mempengaruhi kehidupan lokal
- Memiliki citra internasional terutama dalam bidang pariwisata dan budaya
2. Kota Metropolitan Nasional,
dalam hal ini hampir seluruh kota metropolitan nasional memiliki kriteria
seperti kota metropolitan internasional, Di negara-negara berkembang, kota-kota
metropolitan secara umum adalah kota-kota yang sangat besar dari segi
demografik (hingga mencapai jutaan jiwa) dan Kota-kota tersebut tidak selalu
memiliki karakter kota metropolitan, namun sebagian telah masuk ke dalam proses
internasionalisasi dan globalisasi
3.
Kota Metropolitan Regional :
- Kota yang memilki peran besar dalam perekonomian negara Ibukota regional
- Pusat pertumbuhan wilayah dan tempat berpusatnya sebagian besar pelayanan perkotaan
- Menjadi gerbang wilayah untuk berhubungan dengan wilayah lain di tingkat nasional dan internasional
Berdasarkan
definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan Ciri-ciri Metropolitan yang dari beberapa
aspek antara lain besaran penduduk, kegiatan ekonomi, mobilitas aktivitas
penduduk, dan struktur kawasan.
1.
Besaran jumlah penduduk
Besaran jumlah penduduk menjadi aspek
pertimbangan utama dalam menentukan definisi suatu metropolitan. Namun, sejumlah
pakar perkotaan menetapkan batas yang berbeda-beda untuk penetapan jumlah
minimal penduduk kawasan metropolitan yaitu sebanyak 1.000.000 jiwa.
2.
Kegiatan ekonomi
Pada kawasan metropolitan terjadi aglomerasi
kawasan permukiman dan lapangan pekerjaan. Dengan kata lain, kawasan
metropolitan merupakan kawasan perkotaan dengan spesialisasi fungi aktivitas
sosial ekonomi. Spesialisasi ekonomi tersebut merupakan sektor industri dan
jasa. Proses spesialisasi di kawasan metropolitan terjadi karena selalu berkembangmya
teknologi produksi, distribusi, dan komunikasi (Angotti, 1993 dalam Winarso et
al, 2006). Kegiatan industri dan jasa merupakan sektor yang dominan berkembang
di kawasan metropolitan. Kegiatan ekonomi yang berlangsung di kawasan metropolitan
bersifat heterogen dan memiliki peran sebagai sentral/pusat kegiatan-kegiatan ekonomi
dalam skala regional, baik dalam lingkup propinsi atau negara bagian maupun lingkup
nasional.
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
perkotaan merupakan faktor pendorong terjadinya metropolitan dan akan terus
berpengaruh terhadap prospek metropolitan di masa depan. Kenyataannya,
metropolitan dimana saja mengemban fungsi ekonomi nasional yang sangat berarti
sumbangannya bagi seluruh negara. Metropolitan dituntut mampu berperan dan berfungsi
sesuai dengan bagiannya dalam pembangunan ekonomi nasional. Di sisi lain, peran
ekonomi nasional metropolitan harus diimbangi dengan tingkat ekonomi yang sebanding
dan mampu menberikan kehidupan yang layak bagi warga masyarakat metropolitan
itu sendiri. Metropolitan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan tingkat pendapatan
yang memadai bagi masyarakatnya untuk dapat bertahan dan bahkan menikmati
kehidupan di dalam lingkungan metropolitan. Tingkatan pendapatan di metropolitan
umumnya jauh melebihi kota dan daerah lain seta pedesaan, dan menjadi daya
tarik metropolitan bagi arus penduduk yang mencari kerja dan kehidupan yang
layak. Tentunya harus diperhitungkan bahwa tingkat pengeluaran masyarakat
metropolitan pada umumnya juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kota dan
daerah lainnya.
3.
Mobilitas aktivitas penduduk
Salah
satu ciri kawasan metropolitan ditunjukkan dalam bentuk kemudahan mobilitas
yang menurut Angotti (1993) terlihat dalam 3 bentuk (Winarso et al, 2006),
yaitu:
a.
Mobilitas pekerjaan (Employment
mobility), dicirikan dengan mudahnya orang berpindah tempat kerja tanpa harus
berpindah tempat tinggal karena banyaknya jenis dan variasi pekerjaan yang
tersedia.
b.
Mobilitas Perumahan
(Resdential Mobility), terjadi sejalan dengan mobilitas tempat kerja.
c.
Mobilitas Perjalanan (Trip
Mobility), terjadi karena mobilitas tempat kerja dan tempat tinggal.
4.
Struktur Kawasan
Secara garis besar terdapat 2 macam bentuk
fisik kota metropolitan yaitu bentuk metropolis menyebar (dispersed) dan bentuk
metropolis memusat (concentrated). Untuk metropolis menyebar terdiri atas
metropolis menyebar dan metropolis galaktika. Sedangkan untuk metropolis
memusat terdiri atas metropolis memusat, metropolis bintang dan metropolis
cincin (jayadinata, 1986 :221-226). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah
ini.
a.
Metropolis
Menyebar
Metropolis menyebar terbentuk dengan
mengembangkan pertumbuhan pada bagian. Kota paling jarang penduduknya dan
bagian kota lama dibangun kembali dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah,
sehingga kota metropolitan itu akan cepat meluas. Prasarana sosial ekonomi dari
pusat kota yang lama disebar, sehingga produksi pertanian dan bahan makanan,
kantor, pabrik, museum, perguruan tinggi, rumah sakit, tersebar dimana-mana.
Kepadatan penduduk yang rendah dan kegiatan
sosial ekonomi yang menyebar memerlukan memerlukan kendaraan pribadi dalam
transportasi dan juga memerlukan komunikasi untuk menjembatani jarak seperti
telepon, radio, televise, dinas pos, rumah sakit dan lain sebagainya yang
tersebar dimana-mana.
Gambar 2 Bentuk
struktur kota metropolitan menyebar
http://imazu.wordpress.com/semua-tulisan/
b.
Metropolis
Galaktika
Galaktika adalah susunan bintang di dalam
semesat yang meliputi jutaan bintang. Metropolis galaktika terjadi dari
permukiman kota yang kecil, berpenduduk rapat, dipisahkan sejauh beberapa
kilometer oleh kawasan pertanian yang rendah sekali kepadatan penduduknya atau
tidak berpenduduk, kegiatan sosial ekonomi terbagi menjadi berbagai unit kecil,
arus lalu lintas menyebar tetapi kemudian akan memusat menuju permukiman atau
menuju pusat kelompok permukiman kota.
Gambar 3 Bentuk
struktur kota metropolitan galaktika
c.
Metropolis
Memusat
Metropolis memusat memiliki karakteristik
yaitu kegiatan sosial ekonomi yang tinggi mempunyai kepadatan penduduk yang
tinggi, terutama dipusatnya karena kegiatan sosial ekonomi sangat tinggi,
banyak penduduk yang tinggal di apartemen, rumah susun dan sebagainya. Sistem
lalu lintas lebih khusus dengan berbagai model transportasi menurut jalur-jalur
masing-masing, alat transportasi umum lebih diperlukan daripada kendaraan
pribadi dan diperlukan juga jalan bebas kendaraan (pedestrian), jalan untuk
pejalan kaki disamping jalan raya (sidewalks) dan sabuk luncur (flying belt).
Tingkat jangkauan sangat tinggi, baik ke
berbagai kegiatan khusus maupun kea lam terbuka dan pedesaan dipinggir kota,
kota sendiri sebagai tempat pertemuan secara periodic. Metropolis memusat seperti
ini member dukungan yang kuat bagi masyarakat secara keseluruhan, tetapi
partisipasi individu mendapat kesulitan dimana biaya hidup mungkin dapat lebih
rendah karena mudahnya pelayanan dan transportasi yang efisien akibat penduduk
yang banyak, tetapi terdapat suatu tingkatan tertentu dimana kepadatan penduduk
yang sangat tinggi akan menyulitkan komunikasi antar penduduk.
Gambar 4 Bentuk
struktur kota metropolitan memusat
http://imazu.wordpress.com/semua-tulisan/
d.
Metropolis
Bintang
Metropolis bintang mempunyai pusat kota
utama, dan pola keadatan penduduk pada wilayah pusat berbentuk bintang dengan
perpanjangan beberapa bagian kota yang linear seperti lengan di alam terbuka.
Inti kota utama sebagai pusat kota yang dikelilingi oleh banyak kota kedua yang
terletak sepanjang lengan-lengan yang linear tersebut. Lengan-lengan kota
metropolitan ini mempunyai kepadatan penduduk yang sedang, lebih tinggi
daripada metropolis menyebar tetapi lebih rendah daripada di pusat-pusat.
Pertumbuhan dapat berlangsung ke luar dari
lengan-lengan dan perubahan-perubahan dapat dilakukan dengan mudah karena
kepadatan penduduk lebih rendah daripada di bagian inti utama serta tersedianya
lahan pertanian (alam terbuka) dapat mendukung perkembangan kawasan linear
tersebut.
Gambar 5 Bentuk
struktur kota metropolitan bintang
http://imazu.wordpress.com/semua-tulisan/
e.
Metropolis
Cincin
Dalam metropolis cincin kepadatan penduduk
adalah sebaliknya, kawasan yang jarang penduduknya terdapat ditengah kota
(pusat kota), sedangkan kepadatan yang tinggi terdapat disekeliling tengah kota
sehingga bentuk ini menyerupai cincin.
Pergerakan lalu lintas utama juga berbentuk
cincin, dimana melayani wilayah yang padat penduduknya, dan dibantu oleh
beberapa jalur yang menuju ke pusat kota. Bentuk kota seperti ini banyak
terdapat di negeri belanda, misalnya kota Haarlem, Amsterdam, Utrecht,
Rotterdam dan sebagainya.
Gambar 6 Bentuk struktur kota metropolitan cincin
http://imazu.wordpress.com/semua-tulisan/